1.
Dasar-dasar Psikologi Humanistik
Ide besar psikologi humanistik datang dari Maslow dan
Rogers pada tahun 1950-an yang memandang bahwa pendekatan behavioristik-yang
pada saat itu sedang digandrungi- sebagai sesuatu yang berlebihan. Mereka juga
tidak setuju dengan konsep yang memandang manusia sebagai robot dan animalistic.
Mereka memandang manusia sebagai individu yang positif yang memiliki keunikan
serta potensi yang tidak terbatas. Psikologi humanistik berfokus pada kemampuan
manusia untuk berfikir secara sadar dan rasional untuk dalam mengendalikan
hasrat biologisnya, serta dalam meraih potensi maksimal mereka. Dalam pandangan
humanistik, manusia bertanggung jawab terhadap hidup dan perbuatannya serta
mempunyai kebebasan dan kemampuan untuk mengubah sikap dan perilaku mereka.
Rogers
memberikan gambaran mengenai psikologi humanistik:
1. Manusia
hidup dalam pengalaman yang bersifat pribadi, dimana dia-atau aku- menjadi
pusatnya.
2. Manusia
bereaksi pada situasi sesuai dengan persepsi dirinya dan dunianya.
3. Ancaman
terhadap dirinya akan diikuti oleh pertahanan diri, bisa berupa penyesuaian,
mekanisme pertahanan ego, maupun rasionalisasi.
4. Manusia
cenderung bergerak menuju keutuhan diri, berperilaku rasional dan konstruktif
sebagai jalan untuk mengaktualisasikan dirinya.
Maslow
menggambarkan beberapa karakteristik yang ada pada manusia yang
mengaktualisasikan dirinya:
a) Kesadaran
dan penerimaan terhadap diri sendiri
b)
Keterbukaan dan spontanitas
c) Kemampuan
untuk menikmati pekerjaan dan memandang bahwa pekerjaan merupakan sesuatu misi
yang harus dipenuhi
d) Kemampuan
untuk mengembangkan persahabatan yang erat tanpa bergantung terlalu banyak pada
orang lain
e) Mempunyai
selera humor yang bagus
2.
Psikologi Fenomenologi Eksistensial
Fenomenologi eksistensial bisa
disebut sebagai dasar dari psikologi humanistik. Mengapa? Karena kajian dari Sorean Kierkigard
menjelaskan eksistensi (keberadaan) seorang manusia. Tidak mungkin ada
psikologi humanistik yang domain utamanya membahas mengenasi manusia jika
manusia sendiri itu tidak ada. Sebenarnya istilah eksistensi berasal dari kata ex-sistere yang berari bergerak atau
tumbuh keluar. Jadi bisa dikatakan bahwa eksistensi manusia seharusnya
dipandang sebagai sesuatu yang dinamis atau bergerak, bukan sebagai pola yang
statis.
Sebenarnya eksistensialisme
berusaha memahami kondisi manusiayang kemudian dimanifestasikan dalam
situasi-situasi yang konkret atau nyata. Kondisi manusia disini bukan hanya
ciri-ciri fisiknya saja melainkan seluruh momen yang ada/hadir ke dalam manusia
pada saat itu. Misalnya seseorang bisa merasakan perasaan senang, sedih, galau,
dsb. Lebih lanjut, manusia tidak hanya dipandang sebagai manusia namun
merupakan suatu kesatuan dengan lingkungannya.
Manusia tidak akan ada tanpa dunia yang menganggapnya ada, begitu pula
sebaliknya dunia tidak akan ada tanpa individu yang memberinya makna. Karena
itulah individu dan dunia adalah hal yang tidak terpisahkan, karenatidak
mungkin kita memahami individu tanpa memahami tempatnya bereksistensi.
Kemudian, apa kaitannya dengan
psikologi? Eksistensial menekankan pada individu yang bermakana dan yang
menjalankan kehidupannya di dunia ini. Hal ini sejalan dengan ilmu psikologi
yang domain utamanya adalah manusia. Eksistensialisme dalam psikologi
menekankan bahwa setiap individu memiliki keunikan tersendiri dalam kehidupan
batinnya, dalam mempersepsi dan mengevaluasi dunia, dan juga bereaksi terhadap
dunia. Menekankan pada kesadaran, perasaan, dan juga pengalaman pribadi setiap
individu yang berkaitan dengan keberadaan (atau eksistensi) nya dalam dunia
ini.
Struktur
Eksistensi
Dasein (Ada di Dunia)
Inti dari dasein adalah
keseluruhan eksistensi manusia. Keterbukaannya dalam menerima dan memberikan
respon terhadap apa yang ada dalam kehadirannya membuat manusia tidak memiliki
eksistensi ketika terlepas dari dunianya, begitu pula sebaliknya. Dunia dimana
manusia memiliki eksistensi memiliki 3 wilayah. Pertama, Umweit (dunia
biologis, lingkungan) nerupakan kebutuhan-kebutuhan biologis,
dorongan-dorongan, naluri-naluri yang akan terus ada di dunia tempat kita
menyesuaikan diri. Kedua, Mitweit (dunia bersama) merupakan hubungan antar manusia yang melibatkan
interaksi sesama, seringkali menimbulkan perasaan-perasaan tertentu seperti
benci atau cinta. Ketiga, Eigenwelt (dunia milik sendiri) merupakan kesadaran
diri yang dimiliki manusia.
Ada Melampaui Manusia
Selain memandang manusia ada di dunia, ada pula pandangan bahwa manusia
ingin memiliki duniam bahkan melampaui dunia. Melampaui dunia disini diartikan
sebagai manusia mungkin saja memasuki dunia baru yang belum pernah
disinggahinya. Dengan begitu manusia memiliki kebebasan yang bisa
diaktualisasikan dengan menjalani kehidupan yang otentik dan tidak membiarkan
dirinya dikuasai oleh orang lain. Namun kembali lagi pada konsep kebebasan,
manusia berhak menentukan sendiri jalan kehidupannya. Bisa dengan menjalani
kehidupan sebagai manusia yang otentik atau menjalani kehidupan yang tidak
otentik. Mana yang akan anda pilih? Tidak ada pilihan yang salah, karena hidup
adalah pilihan.
Pengertian Eksistensialisme
Istilah
existence berasal dari bahasa latin
existo, yang terdiri dari dua suku kata, ex
dan sister yang
berarti muncul, menjadi, atau hadir. Karena itulah para eksistensialis memahami keberadaan manusia bukan
semata-mata sebagai “ada” yang statis dan selalu sama, melainkan sebagai penjadian, yang secara sinambung
berubah dan berkembang. Manusia disebut ada dalam
dunia dan secara tak terhindarkan terikat pada dunia.
Psikologi
eksistensial menentang pendekatan psikologi yang memandang manusia sebagai objek yang dapat dimanipulasi seperti
memperlakukan manusia dalam laboratorium. Menurut
para ahli psikologi eksistensial, apabila manusia dipandang sebagai sesuatu
yang bisa diatur, dikendalikan,
dibentuk, dan dieksploitasi, maka manusia akan terhambat dalam mencapai kehidupan yang
sungguh-sungguh dan manusiawi.
Prinsip-prinsip Psikologi
Eksistensial
1. Manusia bukan merupakan objek
yang pasif, melainkan manusia adalah subjek yang dinamis. Oleh karena itu
konsep motivasi menjadi suatu konsep mengenai sumber dan proses kemunculan
tingkah laku yang dimengerti melalui sebab-akibat, dengan melihat partisipasi
aktif manusia sebagai penyebab kemunculan tingkah laku itu.
2. Pengalaman atau tingkah laku
manusia adalah hasil dari manusia itu sendiri sebagai suatu totalitas yang
berkehendak, bukan semata-mata sebagai hasil dari stimulus eksternal dan
internal.
3.
Dalam
mempelajari manusia harus terbebas dari praduga ilmiah yang biasa ditimbulkan
oleh teori, dan harus mengamati apa yang bisa diamati, serta menjabarkan
fenomena yang diselidiki dalam penampilan yang utuh dalam suasana yang asli.
Psikologi
eksistensial menentang pendekatan psikologi yang memandang manusia sebagai
objek yang dapat dimanipulasi seperti memperlakukan manusia dalam laboratorium.
Eksistensialisme menyatakan bahwa setiap individu memiliki kebebasan untuk
menentukan arah hidupnya dengan pilihan-pilhan yang beragam dan saling
berkesinambungan. Namun kebebasan tersebut juga diikuti dengan tanggung jawab
atas hasil keputusan individu tersebut sehingga kebebasan merupakan sumber
penderitaan dan kecemasan.
3.
Psikologi Positif
Happiness
Richard
Carlson dalam bukunya You Can Be Happy No Matter What, Happiness merupakan perasaan
alami dari fungsi kondisi bawaan sehat psikologi. Ia merupakan emosi yang positif yang secara subyektif didapat
di setiap orang. Seligman (2002) menambahkan, kebahagiaan
yang sesungguhnya berasal dari identifikasi dan pengolahan kekuatan atau kelebihan yang paling mendasar
yang dimiliki tiap orang dan menggunakannya setiap hari dalam bekerja, bermain, mengasuh anak, dan untuk mencintai. Maka
dapat disimpulkan, bahwa kebahagiaan
adalah suatu kondisi psikologis yang sehat yang memuat baik emosi positif maupun aktivitas positif yang tidak
memenuhi komponen emosi apa pun dan secara subyektif didapat di setiap orang.
Beberapa
Tipe Happiness
1.
Positive Emotions
2.
harapan
3.
memaafkan
4.
harga diri
Optimisime
Menurut
Snyder, orang-orang yang optimis adalah orang-orang yang mengharapkan hal baik
terjadi pada mereka. Saat seseorang menghadapi perbedaan atau kesulitan, mereka
mengalami bermacam-macam emosi, dari yang berupa antusiasme hingga keinginan
untuk marah, panik, dan depresi. Keseimbangan antara perasaan-perasaan ini nampak berhubungan dengan tingkat
optimisme atau pesimisme seseorang.
Mindfulness
Mindfulness,
atau kesadaran penuh, adalah fokus penuh pada kejadian saat ini. Komponen utama mindfulness adalah fokus dan
terbuka. Individu yang memiliki kesadaran penuh
akan menyadari bahwa setiap hasil adalah potensi positif maupun negatif yang berkelanjutan, dan pilihan-pilihan yang kita
buat adalah berdasarkan pengalaman afektif kita.
Flow
Nakamura
dan Csikszentmihalyi dalam bahasannya mengenai Flow dalam buku Positive Psychology tahun 2002, mengemukakan penelitian
dan teori tentang Flow. Bagaimana mempelajari
fenomena ini bekerja sebagai motivasi intrinsik atau autotelic, aktivitas:
aktivitas yang menghasilkan reward baik
aktivitas itu sendiri yang merupakan goal
atau hasil yang didapat
dari aktivitas itu (auto= self, telos=
goal).
Yang
menghadirkan keadaan flow ialah:
·
adanya
tantangan, kewajiban untuk memunculkan tindakan
·
tujuan
yang ditetapkan secara jelas dan adanya feedback (timbal balik) tentang progres
yang telah dicapai
Saat
dalam kondisi flow, individu beroperasi dalam kapasitas yang penuh (cf. de Charms, 1968; Deci, 1975;White, 1959). Keadaan
ini merupakan dynamic equilibrium atau keseimbangan
yang dinamis.
Character
Strength
Ada hubungan antara trait
tertentu dan motif di satu sisi dan personal strength atau subjective
well-being di sisi lain. Trait secara relative bertahan dan menjadi
karakteristik seseorang yang
akhirnya mempengaruhi perilaku. Teori sifat berpendapat bahwa sejumlah dimensi dapat digunakan untuk
mengkarakterisasi aspek penting dari perilaku dan pengalaman. Tersirat dalam teori tersebut adalah
gagasan bahwa status seseorang pada beberapa, atau semua, dari sifat-sifat ini dapat berhubungan dengan
personal strength tertentu.
Hope
Berawal dari pandangan
tentang Harapan, yaitu “persepsi bahwa setiap orang dapat meraih tujuan yang diinginkan”; hal ini
terjadi apabila setiap individu mensugesti bahwa keseluruhan proses ini dipengaruhi dua komponen atas tujuan yang
diarahkan thought-pathways atau
kami artikan sebagai pemikiran dari jalan kecil menuju goal tersebut dan agency
(C. R. Snyder, Kevin L. Rand,
& David R. Sigmon. 2002).
Resilience (ketahanan)
Beberapa peneliti
dikejutkan oleh pengamatan bahwa ada anak-anak konon berisiko tinggi untuk masalah yang berkembang
cukup baik. Selanjutnya, para psikiater dan psikolog mulai menulis dan berbicara tentang signifikansi anak-anak
tersebut (Anthony, 1974; Garmezy, 1971,
1974, Murphy, 1974; Murphy & Moriarty, 1976; Rutter, 1979; Werner &
Smith, 1982). Pada awal publikasinya
pada pers, anak- anak yang sukses melewati masa sulitnya tersebut disebut sebaga “invulnerable”,
“stress resistant” atau “resilient”. Dan pada akhirnya resilient menjadi istilah yang paling cocok untuk
menggambarkan individu tersebut. Dalam penelitian pada anak-anak selama tiga dekade terakhir tersebut dapat
disimpulkan, resilience umumnya mengacu
pada fenomena yang ditandai dengan pola adaptasi positif dalam konteks
kesulitan yang signifikan.
4. Psikologi Transpersonal
memungkinkan
semua pikiran, perasaan, dan sensasi melewati kesadaran tanpa menjadi terjebak di dalamnya- kita disidentified dari ini aliran pengalaman batin. Namun, meski
dapat di disidentify, kita tetap dikendalikan oleh struktur sadar dalam diri
kita
OCTAVIA IKARANI PUTRI 110911113
LORINDA
ADELINA SEVA 110911125
DEBY TRI SISWITA 110911227
ALIFIA PUSPA OCRIYANA 111011121